photo by me |
"jangaaaan.....jangan
paksa aku untuk bercerita"
"biarkan itu menjadi deposit dalam
hatiku....biar!!!!"
Daffa pun menghela nafas dalam-dalam sambil
membenamkan badannya kedalam sofa coklat beludru di tengah ruangan berukuran
3,5x4m ini.
bergumam mulutnya sambil menutup
mata..."terus apa yan akan kamu perbuat?"
mulutnya berkomat-kamit dengatn cepat, matanya
menatap tajam kemataku
Untuk kesekian kalinya, neuron otakku tidak tidak
bekerja dengan semestinya, hanya suara lebah memenuhi gendang telingaku, mataku
mengerjap cepat tapi hanya warna putih yang melewati korneaku, mulutku terbuka
lebar bersamaan dengan urat-urat wajah yang semakin kaku, tak seutas kata-pun
bisa meluncur dari mulutku.
Sekali lagi, keadaan ini membuatku merasa energik,
sehat,tanpa beban, dan tanpa ampun, tanpa arah, tanpa air mata
Kupegang erat-erat teralis cendela ini tanpa
ampun, kurasakan cengkraman tangan mungil si Daffa merengkuh pundakku sekeras
mungkin, tenaganya yang tidak sebanding denganku mencoba untuk
mengguncang-guncang tubuh kurusku, mencoba meluruskan jaringan otakku yang
amburadul. Mungkin dia berpikir aku hanyalah tepung yang bisa rata dengan
goyangan wadahnya, atau mungkin aku hanya sekumpulan gula yang bisa menimbulkan
rasa saat aku hilang, dan mungkin juga serbuk jamu yang menimbulkan kepahitan
saat aku melarut.
Hatiku berteriak....otak-ku berdesing
Jangan...aku bukan kamu...aku tak bisa berbagi
sakitku dengan orang lain, biarkan orang selalu melihatku tersenyum, biarkan
mereka selalu melihatku senang, dan biarkan hatiku menangis sendirian tanpa
adanya bantuan untuk mencari jalan keluarnya...
bahagialah menjadi dirimu sendiri...TAPI AKU BUKAN KAMU...
bahagialah menjadi dirimu sendiri...TAPI AKU BUKAN KAMU...
Jangan...
......biarkan hatiku penuh sampai meledak.....biar
kutunggu saatku